Review Drama Korea The Glory (2023)

review drakor the glory


The Glory menceritakan tentang kisah balas dendam Moon Dong-eun (diperankan oleh Song Hye-kyo) yang mengalami physical abuse oleh sekelompok geng yang mendominasi saat dia sekolah, Park Yeon-jin (diperankan oleh Lim Ji-yeon) dan kawan kawannya.

Singkat cerita, series ini berisi rentetan rencana Dong-eun demi mencapai satu tujuan yaitu hancurnya hidup Yeon-jin dan teman temannya. Tak tanggung-tanggung, Dong-eun juga ingin Yeon-jin ditinggal oleh suami dan anaknya.

Di awal-awal episode akan diceritakan bagaimana jahatnya komplotan Park Yeon-jin ini dan kawan-kawannya, mereka bahkan pernah menyakiti fisik Dong-eun dengan cara mencatok sekujur tubuh  hingga berbekas bahkan sampai dia dewasa. Hal itu membuat Dong-eun harus selalu menggunakan pakaian panjang untuk menutupi bekas lukanya.

Episode selebihnya menceritakan kehidupan Dong-eun dewasa yang bertingkah seolah-olah sebagai detektif untuk mencari tahu seluruh seluk beluk kehidupan Yeon-jin and the gang, mulai dari latar belakang keluarga, pekerjaan sekarang dan juga siapa orang tuanya dan pekerjaannya hingga lokasi tempat tinggal.

Seolah sudah merasa mempersiapkan bumbu dan bahan makanan untuk balas dendam, Dong-eun dewasa pun singkat cerita diterima di sekolah tempat anak Yeon-jin menimba ilmu dan dia mulai melancarkan aksinya untuk "memasak" satu per satu hidangan balas dendam untuk Park Yeon-jin.

Dendam yang mendarah daging

Sejak keluar dari sekolah tempat dia di bully, sepanjang hidupnya Dong-eun hanya punya 1 tujuan hidup yaitu balas dendam. Dia merasa Park Yeon-jin sudah sangat menghancurkan hidupnya sendiri yang memang sudah hancur karena memiliki ibu yang toxic. Dia bertekad untuk menghancurkan Park Yeon-jin dan semua orang disampingnya sebagaimana mereka telah menghancurkan Dong-eun secara fisik dan mental. 



Di tengah perjalanan melancarkan aksi balas dendamnya, Dong-eun bertemu dengan Joo Yeo-jeong, singkat cerita setelah melalui berbagai pertemuan dan perkenalan satu sama lain, Yeo-jeong bersedia menjadi "algojo" yang siap bertarung membantu dong eun untuk balas dendam. 

Antara Dong-eun dan Yeo-jeong ini tentunya timbul chemistry, meskipun sikap Dong-eun selalu dingin tapi Yeo-jeong selalu sabar, bersikap hangat dan menerima sikap Dong-eun apalagi sejak  Yeo-jeong tahu apa saja yang sudah dialami oleh Dong-eun.

Review film




Mulai dari casting, akting pemain, plot cerita hingga ide cerita itu sendiri, The Glory menyajikan drama balas dendam yang tidak berlebihan namun elegan dan berkelas. Sepanjang film, empati kita akan tertuju pada Dong-eun yang selalu semangat membalas dendam. Namun di film ini ada banyak konflik yang terpisah dengan inti cerita yang membuat empati kita juga tertuju pada kisah lain, misalnya kisah ibu pembantu Yeon-jin yang memiliki suami yang abusive. Belum lagi konflik antara Dong-eun dan ibunya di masa lalu yang ternyata terbawa hingga sekarang. Namun plot cerita disusun cukup rapi (meskipun alurnya dibuat maju mundur) sehingga kita bisa mengerti jalan cerita dan konflik masing-masing.

Namun, film ini menjadi film balas dendam yang tidak memberikan sedikitpun ruang untuk memperlihatkan sisi baik dari karakter musuh, seolah olah sudut pandang Dong-eun berhasil membuat penonton ikut membenci seluruh karakter musuh hingga memaklumkan kehancuran yang dialami oleh karakter musuh-musuh Dong-eun satu per satu. Kehancuran disini benar-benar definisi hancur sehancur hancurnya. Terkadang, saya jadi melihat Dong-eun dan Yeon-jin and the gang menjadi karakter yang sama-sama antagonis, karena di sini justru Dong-eun juga tidak kalah bengisnya dalam membalas dendam.

Sudah lama tidak nonton drakor yang ada Song Hye-kyo nya, drama ini cukup membuat kangen dengan akting Hye-kyo yang biasanya menjadi tokoh yang selalu punya konflik seputaran drama percintaan, tapi di sini dia menjadi dingin dan kejam.

Menurut saya, The Glory bisa dianggap sebagai film pemuas ego bagi orang-orang yang pernah dibully dan merasa tidak bisa bebas dari belenggu memori masa lalu. 

Saya jadi ingat sebuah kutipan yang mengatakan bahwa : "jika menjadi korban bully, pilihannya hanya ada dua : diam atau melawan". Dan Dong-eun memilih untuk melawan dengan harapan dia mendapatkan "kejayaan" sehingga (setidaknya) bisa hidup dengan tenang.

Drama ini melibatkan beberapa adegan kekerasan fisik namun bukan di level yang hard core, jadi masih aman untuk ditonton. Hanya saja, bagi yang masih menyimpan luka karena pernah dibully, mungkin film ini akan menjadi sedikit "penghibur" dan semoga luka lama bisa segera pulih lewat bantuan tangan siapapun terutama bantuan medis agar kamu bisa hidup tenang dan berjaya di kehidupan kamu. Seperti kata Dong-eun yang kurang lebih seperti ini : Lakukan yang kamu mau, gapai mimpi kamu, sesekali cari angin segar dan buat dirimu senang. Seperti itulah seharusnya hidup.




Tidak ada komentar