Cahaya Yang Masuk Pada Hari Itu






Bangun pagi, atau lebih tepatnya subuh, lalu diingatkan untuk jangan lupa sarapan, kemudian menjalani aktifitas yang seharusnya, sampai larut malam datang, baru lah aku tidur. Sekarang ini, beban – beban di dalam hari-hari yang aku lewati sepertinya senantiasa berkurang. Perasaan beban yang berkurang ini mungkin hanya perasaan saja, namun bagiku bukan dari perasaan belaka rasa ini muncul, namun justru datang dari sebuah keyakinan dan kekuatan doa.

Bagiku, berdoa tadinya merupakan hal yang sulit, aku adalah orang yang cukup arogan yang tidak mau bercerita akan keluh kesah hidupku kepada jangankan Tuhan, kepada orang lain pun aku tidak berani, dan tidak mau. Sampai suatu ketika, ada anjuran dari salah satu teman di rohis jurusan yang mengajakku mengikuti semacam acara pelatihan spiritual atau intinya sih biasa saya sebut ceramah. 

Awalnya aku berpikir, toh aku gak wajib-wajib banget kan datang ke acara ini, seharusnya yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah para mahasiswa baru, tak terasa aku sedang memasuki tingkat 3 di bangku kuliah, yang artinya jika aku mengkuti lagi acara semacam ini, sudah 3 kali aku akan mengalami pembekalan spiritual ini, kenapa saya sebut 3 kali? Karena aku tau betul siapa orang yang menjadi pemateri di saat itu. Sebut saja kang Gea, sudah 2 sampai 3 kali aku pernah mendengar ceramah dari beliau, sampai-sampai aku tau metoda yang akan beliau sampaikan kepada kami, saya pun tau penggalan kisah-kisah penuh hikmah apa yang akan beliau ceritakan kepada kami, karena biasanya orang yang sama akan selalu memberi kesan yang sama dalam beberapa pertemuan yang berbeda. 

Namun kali ini lain, rasanya saya benarr-benar tertarik untuk mengikuti kajian ini, toh sebetulnya tujuan utama aku datang ke tempat itu adalah karena aku ga ada kerjaan lain di kosan selain meratapi soal-soal dari tugas yang diberikan tanpa bermaksud memulai untuk mengerjakannya atau paling banter nonton film di laptop yang padahal filmnya itu jelas-jelas sudah pernah aku putar sampai berulang-ulang, hahaha.

Sampai suatu waktu, kang Gea kemudian memaparkan suatu materi yang bagiku benar-benar baru aku dengar, kalau pas bagian prolog sih sudah ga heran kalau kang Gea bakal ngasih materi itu, tapi yang bagian ini sungguh lain, rasanya pas bagian ini tuh benar-benar mendobrak pintu keangkuhan dan keseganannku untuk berdoa pada Tuhan. Begini kira-kira perkataan beliau:

“kita sebagai umat muslim tentu saja diajarkan untuk berdoa, iya kan? dari bangun pagi sampai bangun lagi di keesokan harinya. Nah, saat kita bangun pagi, malaikat yang ditugaskanNya akan datang kepada ruh kita dengan membawa catatan-catatan nasib yang akan kita alami selama satu hari itu, namun nasib-nasib tersebut tidak semuanya baik dan tidak semuanya buruk, tergantung dari diri kita, jika kita berdoa ketika bangun pagi, terlebih lagi jika kita membaca dzikir pagi, maka nasib-nasib yang buruk tersebut akan tertolak dari ruh kita. Maka perbanyaklah berdoa”

Super sekali, mungkin respon pertama yang aku munculkan di pikiranku ketika itu adalah  : “apakah benar demikian?”. Namun, satu hal yang membuatku tertegun adalah, betapa Tuhan hanya ingin diri kita ini meminta padanya, merayu hanya padaNya, berserah diri padaNya, dan bergantung padaNya. 

Dari Tuhan kembali ke Tuhan. Apa-apa yang kita alami di setiap harinya harus dikembalikan ke Tuhan. Saat pagi hari kita bangun dengan keadaan masih bisa bernafas lega, memiliki bekal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani, disitulah kita juga sedang diuji, sudah cukup bersyukurkah kita akan karuniaNya. Memang sih, seringkali aku rasakan, betapa beruntungnya diriku bisa bangun dengan sehat dan malamnya tidur dengan nyenyak. Alangkah banyaknya nikmat yang aku alami dari hari ke hari, namun sayangnya, rasa syukur dalam diri ini tidak pernah mendominasi setiap langkah dalam hari-hari yang kulalui, masih untung aku bisa hidup, tapi malah sempat-sempatnya saja aku berbuat hal-hal yang bagi Tuhan pastilah tidak menyenangkan.

Terutama bagi seorang muslimah seperti diriku, sungguh masih banyak tugas yang seharusnya bisa aku penuhi dalam rangka beribadah. Sehari-hari hanya bangun, sholat, kemudian tilawah seadanya, kadang solat dhuha, kadang tidak karena malas, kemudian solat lagi di siang dan sorenya, kadang menggunakan solat sunah kadang tidak, kemudian datang malam hari, kadang tilawah kadang tidak, kadang meniatkan diri untuk shaum sunah, kadang juga tidak jadi shaum hanya karena telat bangun untuk sahur. Hahaha dasar aku ini pemalas.

Mungkin ketidak konsistennan seperti itulah yang membuat hati ini mudah terbolak balik, kadang syukur kadang tidak. Padahal, usia sudah kepala dua, tapi lagaknya dalam menjalani hidup masih seperti terombang ambing seperti ini, masih seperti anak labil yang berusaha mencari jati diri.


Sampai pada akhirnya. Aku ingin berkomitmen, bahwa mulai hari ini, hati ku haruslah diperlunak, haruslah dibersihkan dari noda-noda yang akan memburamkan cahaya yang masuk. Aku yakin, sangat yakin bahwa Allah Maha Baik, kejadian yang kualami apapun itu adalah atas kehendaknya, tugas kita sederhana saja, merespon segalanya dengan baik dan tetap kembalikan semua urusan padaNya.

Aku ingin, hari-hariku dipenuhi dengan ibadah, dipenuhi dengan hal-hal yang produktif, dipenuhi dengan semangat-semangat baru yang membawaku kepada langit, kepada impian-impian di masa yang akan datang. Allah begitu baik padaku, telah memberikan ku rasa tertarik pada banyak hal. Semoga potensi-potensi dalam diri ini dapat mengantarkanku kepada kesuksesan yang membuat orang-orang tersayang di sekitarku menjadi senang dan bangga padaku. Aamiin, 

Tidak ada komentar