Sejarah dan Toleransi : Dua Hal Yang Berhubungan ?

 
Sejarah.. buat apa ya kita belajar sejarah? Hal yang udah terjadi di masa lampau itu?
Seringkali akan selalu ada orang yg senantiasa berusaha membuang jauh-jauh kenangan2 lama dari hidupnya agar dia bisa move on 

Namun ternyata tak semua kenangan itu bisa dia lupakan, dia hanya mampu melupakan kenangan2 yg tak terlalu berarti dan membekas di hati dan kepalanya

Namun, sejarah yang saya maksud disini adalah mengenai sejarah peradaban, sejarah mengenai bagaimana hari ini bisa seperti ini, bagaimana hidup bisa berkembang menjadi seperti sekarang ini,

Kata siapa melupakan masa lalu adalah penyebab seseorang bisa move on? Benarkah?

Apa yang terjadi jika kita melupakan sejarah para ilmuwan, jika kita tidak melanjutkan estafet sejarah mereka, tentu segalanya akan dimulai dari titik nol lagi.

Dulu, Rutheford beranggapan bahwa atom memiliki lintasan elektron yang masing2 lintasan membawa energi yang bersifat kontinyu, setelah ditelaah lagi oleh dalton, ternyata lintasan elektron in bersifat diskrit. Berkat teori dalton ini, muncullah teori fisika kuantum. Di jaman teknologi seperti sekarang ini, bagaimana mungkin kita sama sekali tidak mengaplikasikan teori fisika kuantum?

Lalu, apa yang terjadi jika ternyata dalton tak pernah ingin tau masa lalu Si Rutherford? Akankah ilmu atom akan berkembang?

Kawan, masa lalu memang tak hanya untuk dikenang, namun diambil pelajarannya, diambil hikmahnya. Jika kita dengan bijak dan cerdas dapat mengambil manfaat dari kegagalan yang pernah terjadi di masa lalu, maka di masa depan semuanya akan membaik, namun jika kita merespon masa lalu sebagai kegagalan yang harus dikubur dalam-dalam, maka mungkin akan lahir sejarah baru yang malah semakin membuat tidak ada artinya lagi dibanding sejarah yang sebelumnya.

Dan, jika saja ada orang egois di luar sana yang mengambil persepsi sejarah secara salah, maka akan timbul kehancuran.

Menurut saya, segala respon negatif hanya akan menimbulkan dampak negatif, dan segala respon negatif ini malah akan mencoreng sejarah peradaban sebelumnya, hanya akan melahirkan suatu sejarah yang negatif, yang sulit kita terima sebagai sesuatu yang patut dikenang.

Sadarkah kawan bahwa kita sedang berada di suatu perang ideologi? Perang pemikiran? Dimana semua orang berlomba-lomba untuk membuat seluruh dunia mengakui bahwa sejarah yang dibuatnya lah yang paling benar, yang paling pantas diyakini , dan yang paling pantas untuk dijadikan rujukan untuk masa yang akan datang.

Yup, perbedaan keyakinan mungkin menjadi pangkal utama perang ideologi di dunia ini. Mengapa sy berkata demikian? Mengapa sy malah membawa kasus sejarah ini ke ranah perang ideologi? Sy teringat karya seorang Dan Brown dalam novelnya yang berjudul Da Vinci Code, disitu Robert Langdon pernah berkata yang kurang lebih maknanya adalah seperti ini : perang yang diakibatkan oleh perbedaan pandangan mengenai keotentikan sejarah bermula dari ketidak inginan manusia belajar sejarah.

Mungkin saja, jika dua kubu yang saling berperang itu ingin sama-sama menelaah lebih jauh tentang bagaimana sebenarnya sejarah yang terjadi, maka perang pun tak akan terjadi.

Namun, bukti-bukti sejarah yang ada mungkin hanya sedikit, kurang lengkap dan kurang akurat untuk dapat membuktikan fakta-fakta yang ada. oleh sebab itu lah muncul kehancuran antara dua kubu yang saling membenarkan persepsi nya masing2 mengenai sejarah tertentu . mengapakah bukti2 sejarah itu hilang? Atau dihilangkan? Atau semua ini termasuk ke dalam skenario Allah? Apakah maksud dibalik ini semua?

Oleh karena itulah (mungkin) timbul yang namanya toleransi. Saling menghargai pendapat masing-masing.

Dan tetap meyakini apa2 yg diyakininya masing2 tanpa mencampur adukkan keyakinannya sendiri dgn yg lain.

Toleransi itu sesungguhnya begitu indah, kawan. Aku menyebut Nabi yang mereka anggap disalib itu adalah Nabi Isa, namun mereka menyebutnya Yesus. Toh, tak perlu lagi ada perang pendapat, semua sudah jelas, bahwa bagi yang menyebutnya Nabi Isa, sudah jelas alasannya apa, bagi yang menyebutnya Yesus pun sudah jelas alasannya apa.

Terkadang, kita hanya ingin semua sejarah mengenai perbedaan keyakinan dapat terkuak, dapat diambil sebagai seutas benang merah saja sehingga seluruh umat manusia hanya memegang satu benang merah itu saja. Namun kawanku, apalah artinya hidup, jika tidak ada keragaman? Jika tidak ada warna kehidupan? 

Jika hidup ini linier alias lurus2 saja, lantas untuk apa hidup.
Kita terlahir pun sudah dengan fisik yang berbeda-beda, lantas untuk apa minta diseragamkan dalam segala hal.


Wallahualam.  

Tidak ada komentar